Selasa, 18 September 2007

PRODUKSI SIARAN TELEVISI KE - 3

Pertemuan Ke – 3

PRODUKSI SIARARAN TELEVISI
Keberhasilan Sebuah Organisasi Pelaksanaan Produksi.
Oleh : Yoki Yusanto


Televisi sebuah Industri. Lebih jelasnya, di Indonesia ada 10 stasiun televisi swasta nasional dan ratusan stasiun televisi lokal. Dibutuhkan kreator di dunia kreaivitas televisi yang begitu banyaknya. Tidak ada batasan antara televisi lokal, nasional bahkan televisi asing (televisi kabel).
Kerja kreativitas dalam memproduksi sebuah acara dikerjakan oleh sebuah tim, bukan individu. Dibutuhkan sumber daya manusia yang mumpuni dalam memproduksi sebuah acara. Baik dalam memproduksi berita maupun jenis acara hiburan. Berita sudah tidak bisa dipungkuri, bakal diproduksi oleh setiap stasiun televisi. Eksistensi sebuah stasiun televisi di Indonesia bertolak pada sebuah sajian berita televisi.
Sedangkan kegiatan produksi untuk menghasilkan karya artistik yang pendekatannya menghibur, diproduksi untuk tujuan bisnis semata. Di mana pendapatan materi dari iklan tujuan dari sebuah program acara televisi. Acara yang diminati penonton akan banyak mendapatkan iklan. Secara otomatis keuntungan material bagi stasiun televisi.
Tim News atau divisi pemberitaan mengutamakan aktualitas yang tinggi dan kecermatan. Penonton butuh berita yang aktual, faktual dan dapat dipercaya. Para jurnalis televisi beradu cepat dalam menghasilkan berita, bersaing satu tim peliputan berita stasiun televisi lain. Dalam peliputan berita dibutuhkan tim redaksi yang menjungjung tinggi integritas sebuah informasi.
Menurut Naratama, Format acara Televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut.
Askurifai Baksin menegaskan, Kemajuan dan keragaman program acara televisi memang menjadi hal urgen di negara kita. Program acara yang sudah ada harus dikembangkan secara baik agar televisi yang kini hampir dimiliki oleh seluruh masyaraat Indonesia tidak hanya menjadi sarana hiburan, tapi juga sarana pendidikan dan penegakan moral. Program acara televisi hendaknya tidak kebablasan, tidak menimbulkan kesan menjijikan dan nyinyir. Program acara di stasiun tv seharusnya menjadi tontonan cerdas dan artistik, baik secara materi maupun tampilan.
Kini tidak boleh saling meniru antar program mata acara televisi. Melihat program acara berita misalnya. Askurifai menilai, Kesamaan materi (isi) dalam paket berita reguler. Cenderung bermuatan spot news (berita sekilas). Penulis melihat hal baru dalam gebrakan Ishadi S.K. Namun berani tampil beda adalah Trans TV dengan format berita yang Indept News (Laporan mendalam) dalam tayangan berita Reportase Invetigasi. Titik berat tayangan berita ini adalah menyangkut kerugian yang diderita masyarakat banyak. Atau hal-hal yang langsung membuat masyarakat dirugikan sebagai konsumen, misalnya.
Lebih parahnya, Infotainment acara ini menurut Askurifai tidak ada perbedaan satu yang lainnya, di setiap stasiun televisi. Bahkan Veven Sp Wardana pemerhati pertelevisian, mengistilahkan Infotainment di Televisi kita, salah penafsiran. Infotainment dalam arti Informasi dalam dunia hiburan, kini menjadi menjadi sempit. Informasi pada orang-orang yang berada di dalamnya yang lebih pada ekploitasi individu artisnya, seperti masalah pribadi. Artis ditafsirkan berbeda, sebagai selebritis. Seseorang yang masuk televisi lewat Infotainment bisa dikategorikan sebagai selebritis. Sayang kiprahnya di dunia peran atau pentas di dunia seni tidak ada atau prestasinya nihil.
Begitu pula tentang fenomena film-film dari jelajah Hindustan, Mandarin, dan telenovela Amerika latin. Serentak hampir semua televisi menayangkan. Namun di era kebangkitan film nasional tidak dipungiri film yang sukses di bioskop segera di tayangkan televisi. Tidak lebih dari satu tahun. Kebangkitan perfilman nasional bersinergi dengan keberanian televisi nasional menayangkan film-film karya sineas muda. Tidak hanya film Dono, Kasino, Indro dalam Warkop yang biasa menghiasi televisi kita lagi. Akting si’geulis Dian Sastrowardoyo yang biasa kita harus membayarnya di layar perak jaringan bioskop 21. Kini menghampiri sendiri ke ruang pribadi, rumah-rumah di perkotaan maupun di pelosok nan jauh di sana.
Kuis, Famili 100 pernah fenomenal dan berganti stasiun televisi. Mulai Antv, lanjut ke Indosiar terakhir TV 7. Kuis itu dapat mencapai rating tinggi sekali. Kini mulai kembali kuis yang lebih pada pendekatan pada pelengkap program acara, di sela pertandingan langsung sepak bola, misalnya. Terakhir yang perlu dicermati program mata acara reality show. Indonesian Idol, Mamamia, KDI, hingga Akademi Fantasi Indosiar. Format acaranya sepintas sama, namun pengemasan dan kreativitas sedikit berbeda. Untuk hak pembelian merek Indonesia Idol. RCTI melalui Frementle Media (Production House, besar bersekala Internasional) harus mengeluarkan kocek puluhan milyar, untuk sebuah merek tayangan gabungan Reality Show dan Variety Show.

Format Acara Televisi
Format acara Televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut
Perbedaan antara program acara News dan Art. JB. Wahyudi dalam Askurfiai Baksin membagi menjadi dua bagian perbedaan mendasar antara Karya Artistik dan Jurnalistik.

Karya Artistik
1. Sumber : ide /gagasan
2. Mengutamakan keindahan
3. Isi pesan bisa fiksi maupun nonfiksi
4. Penyajian tidak terikat waktu
5. Sasaran : kepuasan pemirsa
6. Memenuhi rasa kagum
7. Improvisasi tidak terbatas
8. Isi pesan terikat pada kode moral
9. Mengutamakan bahasa bebas (dramatis)
10. Refleksi daya khayal kuat
11. Isi pesan tentang realitas sosial
Karya Jurnalistik
1. sumber : permasalahan hangat
2. Mengutamakan kecepatan/aktualitas
3. Isi pesan harus aktual
4. Penyajiann terikat waktu
5. Sasaran : kepercayaan & kepuasan pemirsa
6. Memenuhi rasa ingin tahu
7. Improvisasi terbatas
8. Isi pesan terikat pada kode etik
9. Menggunakan bahasa jurnalistik
(ekonomi kata dan bahasa)
10. Refleksi penyajian kuat
11.Isi pesan menyerap realitas/faktual.

Sumber Buku ; Jurnalistik Televisi, teknik memburu dan Menulis Berita, Drs. Arifin S. Harahap. Indeks 2006. Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, Askurifai Baksin, Sembiosa Rekatama. Mari Membaut Film. Heru Effendy. 2002, Panduan.

Tidak ada komentar: