Kamis, 27 September 2007

SEPUTAR JURUSAN KOMUNKASI

LABORATORIUM KOMUNIKASI FISIP UNTIRTA
PRODUKSI SIARAN (PS) TELEVISI
MENCETAK MAHASISWA BERPIKIR, BEKERJA DAN BERKARYA
Oleh : Aji Setia Karya


1.1 Latar Belakang

Televisi merupakan alat komunikasi, media transfer informasi yang sangat efektif dewasa ini. Kemampuan televisi yang mampu menampilkan audio-visual dan menjangkau daerah-daerah yang tidak bisa dijangkau oleh media lainnya telah menjadikan televisi menjadi media komunikasi yang paling favorit di tengah masyarakat. George Gerbner menyebut televisi sebagai sebuah “agama baru” dalam keluarga. Televisi katanya telah menggeser nilai-nilai yang telah ada sebelumnya. Khotbah seorang pastor bisa didengar dan disaksikan dengan penuh keharuan dan disaksikan oleh jemaat yang lebih besar dari jemaat mana pun (Mulayana, 1997). Sementara Martin Ellin menyebut era ini sebagai The Age Of Television-televisi telah menjadi kotak ajaib yang membius para penghuni gubuk-gubuk reyot di Negara Dunia Ketiga. Indratno (2003) yang meneliti siaran program siaran televisi di Jawa Tengah dan pengaruhnya terhadap anak-anak menyebut sebagai new parent for million children, atau lebih jauh lagi Indratno menyebutnya televisi telah menjadi “Tuhan Kedua”.

Fenomen ini bisa diterima mengingat televisi bisa memuaskan dua indra sekaligus kepada audiensnya yaitu audio dan visual atau medio-visual yang bisa memasukkan informasi masuk ke dalam jiwa lewat mata dan telinga.

Perkembangan Pertelevisian di Indonesia adalah sebuah fakta yang tidak bisa dibantah lagi. Semenjak Kepetusan Menteri Penerangan RI Nomor : 190/Kep/Menpen/1987 tentang siaran saluran terbatas perlahan televisi swasta bermuculan Seperti RCTI, SCTV, TPI, ANTV dan Indosiar. Rosfadiya dan Muhammad Irfan (2006) sebagai tonggak kedua setelah berdirinya televise TVRI 1962. Tonggak selanjutnya adalah pasca reformasi dimana banyak televisi swasta nasional tumbuh pesat. Sebut saja METRO TV, Trans TV, TV7 dan Global Tv. Sementara kelonggaran aturan penyiaran juga telah melahirkan pertelevisian komunitas dan yang paling hangat dibicarakan adalah tumbuhnya televisi lokal di Indonesia.

1.2 Tujuan
Tujuan keberadaan laboratorium produksi televisi ini untuk
Menunjang keberhasilan prodi komunikasi yang berada di lingkungan Untirta mencetak para lulusan yang terampil dalam keilmuan komunikasi, mengetahui produksi dan manajemen program televisi dan bisa membuat program televisi sehingga mereka siap pakai di dunia kerja.
Mencetak generasi, sarjana komuniksi yang memiliki pngetahuan program televisi yang beretika dan berorientasi kepada kepentingan masyarakat.

1.3 Sasaran
Sasaran Labkom produksi penyiaran televisi ini adalah agar mahasiswa komuniksi mampu mengetahui proses pembuatan siaran televisi dan bisa menciptakan karya atau desain siaran televisi berupa iklan audio-visual, film cerita atau pun film dokumenter dll.

1.4 Fasilitas

Sampai pada tahun ke-4 keberadaan laboratorium komunikasi, terutama produksi televisi telah memiliki fasilitas antara lain:
1. Kamera Amatir MD 9000 dll.
2. Blue Screen Room
3. Editing Non Linear (avid Express dan adobe premiere pro)

1.5 Pengelola dan Sumber Daya Manusia

Penanggungjawab : Dekan Fisip (Aris Suhadi)
Pengarah : Ketua Jurusan ( Naniek Afrilia)
Koordinator Lab TV : Dosen Komunikasi ( Yoki Yusanto)
Staf : Agung Gunawan
Pemeliharaan : Wiri



1.6 Program
Program-program yang dilakukan oleh Labkom produksi siaran televisi diantaranya melakukan workshop atau pelatihan pembuatan televisi, diskusi dan seminar dengan mendatangkan para praktisi dari pekerja televisi dari Metro Tv, Global Tv dan Trans Tv. Selain itu juga mendatangkan

1.7 Kerjasama
Untuk membangun sinergisitas lembaga dan pengetahuan siswa Labkom PS televisi telah melakukan kunjungan ke beberapa stasiun televisi swasta nasional yaitu SCTV, TransTv dan Metro Tv sementara lembaga yang menjad partner Labkom PS Televisi di lokal adalah<>

Tim Produksi Nasi Aking Dawain
Produser Eksekutif : Teguh Iman Prasetya
Produser : Yoki Yusanto
Produser Lapangan : J. Bahtiar Riva’i
Kameraman : Deny Sofiyan
: J. Bahtiar Riva’i
Riset Dan Data : Yulian Pranata
: Yusuf
Editor : Susanto Maryana
: Arief Erlangga
Narator : Laura Rita
Penulis Narasi : Yoki
Unit : M. Abdurraman
: Syaeful

Karya ke – dua
Ibuu Seorang Gepeng
Judul Film : Ibuku Seorang Gepeng
Kategori : Dokumenter
Durasi : 13 Menit
Produksi : SRANGENGE FILM - Laboraorium Komunikasi Untirta

Ibuku seorang Gepeng atau gelandangn pengemis adalah film dokumener yang memotret kehidupan kaum papa di Kota Serang. Serang sebagai ibu kota provinsi ternyata menyimpang segudang prmasalahan. Salah satunya Gelandan dan Pengemis ini. Pembangunan fisik ternyata tidak diimbangi dengan pembangunan mental dan spriritual sehingga yang terjadi masyarakat masih berada dalam keadaan tidak sejahtera. Ia kelompok yang membebani daerah ini. Mereka menjadi bagian atau bahan ejekan masyarakat yang lainnya. Sementara para pengelola atau pejabat daerah ini seperti menutup mata, Mereka terus melakukan pembanguan di atas tumbuhnya gelandangan dan pengemis ini.

Tim Produksi
Penaggung Jawab : Teguh Iman Prasetya
Produser : Yoki Yusanto
Pimpinan Produksi : Susanto
Sutradara : Aji Setiakarya
Scripwriter : Aji Setiakarya
Kamereman : Denny Sopian
: Yulian
Editor : J. Bahtiar. Riva’i
Litbang : Yulian
Unit : M. Abdurrahman
: Saeful

Rel Kereta Api

Judul Fim : Rel Kereta Api
Durasi : 13 Menit
Kategori : Dokumenter
Produksi : Lab Komunikasi- Commendire Line

Buruknya pengelolaan tranportasi hal yang cukup biasa kita saksikan di negeri ini tak terkecuali transportasi kereta api. Rel kereta sebagai alat transportasi darat menjadi tempat yang tidak layak untuk ditumpangi. Keadaan stsiun yang tidak teratur, juga pelayanan yang tidak memuaskan adalah pemandangan sehari-hari yang tengah terjadi di alat transportasi ini. Tak terkecuali kondisi alat transportasi yang bernama kereta ini. Dilatarbelakangi oleh keadaan seperti ini beberapa mahasiswa ingin memuktikannya. Mereka kemudian menggunakan alat transportasi darat ini. Hasilnya memuaskan. Mereka bisa membuktikannya dan yang paling hebat dari pembuktian itu adalah praktek korupsi yang terjadi di atas kereta. Salah satu diantara rombongan mahasiswa itu sengaja tidak membeli tiket di muka stasun. Tapi ternyata tidak menjadi soal karena petugas pengumpul target denga mudahnya melepaskan itu asal ia mendapatkan imbalan. Praktek korupsi yang umumnya juga terjadi di beberapa instansi lainnya.

Tim Produksi
Produser : Yoki Yusanto
Kameraman : Ferry Fahruroji
Litbang : Bahroji
Narator : Yuliawati
Penulis Narasi : Yoki Yusanto

Perempuan Tanah


Penanggung Jawab : Teguh Iman Prasetya
Produser : Yoki Yusanto
Pimpinan Produski : Yulian Saputra
Penulis Naskah : Teguh Iman Prasetya
Yulian Saputra
Juru Kamera : Deni Sofyan Hadi
Reihan
Editor : Jhon Bahtiar Rifai
Catatan Sementara,

-Untuk Treatment, Film ini belum bisa dipubikasikan karena masih dalam pendalaman materi serta survey lokasi syuting di daerah Kragilan – Ciujung Serang propinsi Banten.
Sedang di Produksi, Film "CINA BENTENG" Sutradara Feri Fakhrurozi, Mahasiswa Jurnalistik -Semester 7. Film ini bercerita masalah sosial tentang kehidupan warga tionghoa di Tangerang.

1.9 Penutup
Tidak ada yang paling diharapkan lagi selain mahasiswa atau output yang mengambil program studi Ilmu Komunikasi memiliki keahlian di bidang pertelevisian. Mereka bisa berkiprah dalam perbaikan masyarakat yang lebih maju. Seperti pada misi Labkom penyiaran televisi mereka bisa berpikir, bekerja dan berkarya.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Assalamu'alaikum Pak Yoki,

Mengomentari model UTS kemarin, menurut saya, apa yg terjadi saat UTS mata kuliah Bapak,kurang memacu kreativitas para mahasiswa.

Maksud saya adalah seperti :
1. membatasi jumlah kata dalam jawaban (1 kata, 2 kata dsb)dimana sebenarnya tidaklah suatu hal yang prinsip jika seseorang menjawab dengan satu, dua atau lima kata, yang utama adalah bahwa pertanyaan dalam soal dapat dijawab dengan benar. Sebagai contoh adalah pada penulisan naskah iklan (English: copywriting), penulisan naskah (English: scriptwriting), dimana dalam bahasa Inggris tetap satu kata untuk kedua kata benda tersebut tetapi dalam bahasa Indonesia yang satu menjadi dua kata dan satunya lagi menjadi tiga kata ;
2. melayani pertanyaan2 mahasiswa yang menurut saya tidak perlu ditanyakan sehingga;
3. ruangan menjadi berisik serta sangat mengganggu bagi yang berkonsentrasi untuk mahasiswa yang berusaha menjawab soal tanpa bertanya kepada pengawas/ Bapak sendiri.

Maksud dari tulisan ini adalah tidak lain agar para mahasiswa bisa lebih kreatif dan kelak menjadi SDM yang diperlukan di negara kita yang sakit saat ini.

Wassalam,
Anang Pratikno
pratikno@indosat.net.id